Rabu, 08 November 2023

ISU TERKINI


Dampak Bulliying Terhadap Kesehatan Mental 

 Penyebab terjadinya bullying ada banyak dan bervariasi disetiap kasus. Pada beberapa kasus, bullying dapat terjadi akibat pengaruh lingkungan maupun masyarakat sekitar. Anak yang pernah menyaksikan dan merasakan kekerasan dapat belakukan tindak bullying kepada anak lainnya. Lingkungan yang kasar maupun tidak harmonis untuk anak dapat menjadi penyebab munculnya sikap bullying pada anak tersebut. Terlebih dari itu, sikap tidak percaya diri, haus akan kekuasaan, kebiasaan mengejek orang, tidak berpendidikan empati, ingin menjadi popular di lingkungan, dan keinginan untuk diakui dan berbaur dengan pergaulan yang tidak baik merupakan beberapa penyebab dari timbulnya sikap bullying pada seseorang, anak kecil maupun orang dewasa. Tindak bullying bervariasi dan terjadi di seluruh dunia. 

Menurut U.S. Department of Health and Human Services, jenis bullying yang paling sering terjadi adalah bullying dalam bentuk verbal dan sosial, dengan persentase: 

1. Panggilan nama yang mengejek : 44,2% 

2. Menggoda : 43,3% 

3. Menyebar rumor atau kebohongan : 36,3% 

4. Mendorong : 32,4% 

5. Memukul, menampar, menendang : 29,2% 

6. Mengancam : 27,4% 

7. Mencuri : 27,3% 

8. Melakukan bullying dalam komentar : 23,7% 

9. Melalui email atau blog : 9.9% 

Tindak bullying yang dilakukan dapat menyebabkan kecemasan hingga depresi pada korban bully. Depresi yang disebabkan oleh tindak bullying bahkan dapat menimbulkan perilaku bunuh diri pada korban. Tindak bullying dari masa dini dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan mental anak. Anak yang merupakan korban bullying cenderung lebih tidak percaya diri, mudah merasa cemas dan ketakutan, serta menghindar dari sekolah akibat takut sehingga mengganggu konsentrasi belajar. Tindak bullying dapat mendorong korban bullying untuk menarik diri dari lingkungan sosial maupun keluarga, menjadi lebih pendiam dan menimbulkan rasa phobia social. Korban bullying juga lebih rentan terhadap stress dan depresi. Bahkan, korban bullying dapat melakukan tindak bullying juga sebagai sarana menyalurkan amarah dan rasa ingin balas dendam. Pada beberapa kasus bullying, korban bahkan terpengaruh untuk melakukan pembunuhan maupun melakukan tindak bunuh diri. Jika tindak bullying dilakukan kepada korban secara berulang-ulang dalam jangka panjang, efek bullying tersebut dapat bertahan pada korban hingga dewasa. Bullying terhadap kesehatan mental tidak hanya berdampak pada korban bullying, namun juga pelaku bullying dan saksi bullying. Pada pelaku bullying, terjadi beberapa dampak negatif terhadap kesehatan mental. Pelaku bullying cenderung memiliki rasa percaya diri yang berlebih, memiliki sifat yang agresif dan menyukai kekerasan, keras kepala dan mudah marah, serta memiliki sedikit rasa empati. Hal ini menyebabkan pelaku bullying tidak dapat memiliki hubungan yang sehat, keras kepala sehingga susah diajak kerjasama, dan menganggap dirinya paling kuat dan hebat sehingga mempengaruhi interaksi sosialnya. Siswa yang menyaksikan tindak bullying dapat berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial jika bullying dibiarkan tanpa edukasi dan tindak lanjut. 

Beberapa saksi bullying bahkan akan bergabung dengan pelaku karena ancaman dan rasa takut akan menjadi sasaran berikutnya. Bahkan pada saksi yang kurang rasa empati, hanya akan diam saja tanpa membantu korban bullying. Bullying merupakan gejala sosial dan mental yang tdak dapat kita jadikan sebagai bahan candaan semata. Gejala sosial ini dapat menjadikan dunia lebih buruk jika kita biarkan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, bullying membawa kerugian baik dari sisi pelaku maupun korban. Bagi sisi korban, tentunya ia akan merasakan luka mental yang sangat mendalam dan berpotensi akan munculnya gangguan psikologis yang sifatnya traumatis. Namun, jika kita telaah dari sisi pelaku, dapat diketahui bahwasanya bullying memberikan beberapa dampak dan luka dalam yang tak main-main kepada pelakunya. Jika kita mengkaji tindakan bullying ini secara holistik, dapat diketahui sebab dari tindakan ini tak lain adalah karena dari pihak pelaku, mereka mencari bentuk afirmasi atau legitimasi pengaruh dirinya atas orang lain. Bullying ini semakin diperparah dengan kenyataan bahwa korban tidak memberikan dengan perlawanan yang membuat si pelaku jera. Dari sisi penonton, terdapat fakta yang tidak bisa ditampikkan bahwa pelaku bullying biasanya merupakan seorang yang memiliki pengaruh kuat di lingkungan sosialnya. Namun, tak menutup kemungkinan pula, bullying dilakukan oleh orang dengan pengaruh kecil untuk mendapatkan keinginannya. Tak seperti bentuk penyerangan non verbal lainnya, bullying merupakan perilaku agresif yang menyebabkan si korban langsung memperoleh luka mental pada saat tindakan tersebut dilakukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar